A.
Pendahuluan
Sunan
Al-Tirmidzi merupakan salah satu kitab induk hadits dari beberapa kitab hadits
lainnya. kitab hadits ini disusun berdasarkan bab-bab tentang fiqih. Dalam
kitab ini tidak terdapat pembahasan tentang aqidah, siroh, manaqib dan lainnya,
hanya terbatas pada masalah fiqh dan hadits-hadits hukum saja agar digunakan
oleh para fuqaha dalam mengambil kesimpulan hukum. Sunan Al-Tirmidzi, ditulis
oleh Imam Muhammad bin ‘Isa Al-Tirmidzi rahimahullah. salah satu kitab yang
mensyarahi Sunan Al-Tirmidzi adalah Tuhfah Al-Ahwadzi karya Abu
al-‘Ula Muhammad Abdurrahman.
Adapun
kitab lain yang mensyarah Sunan al-Tirmidzi adalah Aridhah
al-Ahwadzi fi Syarah Sunan Al-Tirmidzi, karya Al Imam Al-Hafidz Abu Bakar Muhammad
bin Abdillah Al-Isybili, Qutul Mughtazi Ala Jami’ Al-Tirmidzi karya Al-Imam
Al-Hafidz Jalaluddin Al-Suyuti. Akan tetapi pada makalah ini kami akan membahas
sedikit tentang syarah dari sunan al-Tirmidzi yang lain yaitu Tuhfah
al-Ahwadzi karya Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman.
B.
Setting Historis – Biografis Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman
Nama lengkap beliau adalah Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman bin
Abdurrahim al-Mubarakfuri, lahir 1283 H di desa di desa Mubarokfur. Dibesarkan
di kampung halamannya atas asuhan ayahnya dan dididik dalam aturan Islam dan
sibuk membaca pada masa kecilnya, sehingga beliau khatam al-Qur’an, beliau menghitung dan menulis dalam bahasa Urdu dan Persia.[1]
Dan kemudian melanjutkan perjalanan dan berkeliling negeri, untuk
memperdalam ilmu. Beliau mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab diantaranya yaitu shorf,
nahwu, fiqih, ushul fiqh, mantiq kepada Syeikh Hisyamuddin al-Ma’wi,
Faidhullah al-Ma’wi, Salamatullah al-Jirajfuri.[2]
Di antara murid-muridnya adalah Abdul Salam al-Mubarokfuri, Ubaidullah
al-Rahmani, Muhammad bin Abdul Qadir al-Hilali, Abdullah Al-Najdi Quwai'i,
Ruqayyah binti Khalil bin Muhammad bin Husain bin Muhsin al-Anshori,
Abdul-Jabbar, Muhammad Ishaq al-Arowi, Muhammad Basyir al-Mubarakfuri, ‘Abd
al-Razzaq al-Shadiqfuri, Muhammad Isma’il al-Mubarakfuri, Ahmad al-Amlawi, dan
lain-lain.[3]
Di antara
karya-karyanya adalah Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi, Muqoddimah
Tuhfah al-Ahwadzi, Abkar al-Manan Fi tanqidi Atsar al-Sunan, Tahqiq al-Kalam Fi
Wujub al-Qira’ah Kholfa al-Imam, Khoir al-Ma’un fi Man’i al-Firar min
al-Tha’un, al-Maqolah al-Husna fi Sunniyah al-Mushofahah bi al-Yadi al-Yumna,
Kitab al-Janaiz, Nur al-Abshor, Dhiya’ al-Abshor, Tanwir al-Abshor bita’yidi
Nur al-Ibshor, al-Qaul al-Sadid fi ma Yata’allaqu bi takbirat al-‘Idi.[4]
Syeikh-syeikh
besarnya dalam ilmu akal (Teologi, dll) dan dalam ilmu naql (hadits, tafsir,
sirah, dll) antara lain: Syeikh Abdullah al-Ma’wi, al-Ghazifuri, al-Dahlawi,
Abu Hanifah, Jurjani, Ibnu Adham, Ibnu Hanbal, Nadzir Husein al-Bahari,
al-Dahawi, dan lain-lain.[5]
Abu al-Fadl Abd
al-Sami’ al-Mubarakfuri berkata bahwa Abu al-‘Ula itu adalah syeikh yang
memiliki akhlak yang mulia, seorang imam yang zuhud, ketika ditawari harta yang
banyak beliau menolaknya dengan lemah lembut, karena ke-zuhudannya beliau bisa
berdakwah dari Madrasah Rahmaniyah Delhi, dia juga seorang imam yang wara’,
imam dalam sunnah, dia adalah orang yang sangat tawadu’, ulama-ulama dan
murid-murid mencintainya.[6]
Di akhir hayatnya Abu al-‘Ula menderita sakit, kemudian Allah SWT
memanggilnya pada saat itu di sepertiga akhir malam tahun 16 syawwal 1353 H.[7]
C.
Metode dan
Sistematika Penulisan Kitab Tuhfatul Ahwadzi bi al-Syarh Jami’ al-Tirmidzi
Kitab Tuhfatul Ahwadzi terbitan Dar al-Fikr
yang ditahqiq oleh Shidqy Muhammad Jamil al-‘Atthar terdiri dari 11 jilid.
Muqaddimah kitab ini tersusun dalam satu jilid kitab tersendiri. Hal ini
berbeda dengan muqaddimah-muqaddimah kitab biasanya yang terdiri dari beberapa
lembar saja. Di dalamnya bukan seperti berisikan latar belakang penulisan,
metode yang digunakan dalam penulisan, melainkan mengenai keilmuan hadis secara
umum dan tentang Imam Tirmidzi beserta Kitab Jami’-nya. Maka tidak mengherankan
bila muqaddimahnya sendiri terdiri dari ratusan lembar. Mengingat bahwa penulis
kitab Tuhfatul Ahwadzi sendiri adalah orang yang hidup pada zaman modern,
sehingga telah dapat menyajikan sejarah keilmuan hadis.
Untuk memudahkan dalam menguraikan isi
muqaddimah dari Kitab Tuhfatul Ahwadzi, pemakalah menuliskannya dalam bentuk
tabel, seperti berikut[8]:
No.
|
Bab
|
Subbab
|
1.
|
Mengenai Ilmu hadis, kitab-kitab
hadis, dan Ahlul hadis secara umum.
|
1.
Batasan, objek dan tujuan ilmu
hadis.
|
2.
Keutamaan ilmu hadis dan ahlinya.
|
||
3.
Hal yang berkaitan dengan
kodifikasi hadis.
|
||
4.
Berkaitan dengan penulisan kitab
hadis.
|
||
5.
Penetapan kehujjahan hadis-hadis
nabawiyah
|
||
6.
Pembawa ilmu (ulama) Islam
kebanyakan orang non-Arab
|
||
7.
Tersebarnya Ilmu hadis di Hindi
|
||
8.
Orang-orang dengan karangan-karangan
yang mereka himpun untuk berbagai tujuan
|
||
9.
Penjelasan tentang thabaqat
kitab-kitab hadis
|
||
10.
Macam-macam kitab yang dikarang
dalam ilmu hadis
|
||
11.
Penyebutan kitab-kitab Jawami’
|
||
12.
Penyebutan banyaknya kitab-kitab
Sunan
|
||
13.
Penyebutan banyaknya kitab-kitab
musnad
|
||
14.
Penyebutan kitab-kitab Takhrij
dan Mustadrak
|
||
15.
Penjelasan hadis Musalsal
|
||
16.
Tentang kitab-kitab Mu’jam
|
||
17.
Kitab-kitab Amali
|
||
18.
Penyebutan kitab-kitab hadis yang
dikarang berdasarkan abwab khusus/ juz-juz.
|
||
19.
Penyebutan kitab-kitab yang
dikarang dengan jumlah 40 hadis/ hadis arba’in
|
||
20.
Tentang kitab yang Enam yang
disebut sebagai shahih yang enam.
|
||
21.
Penjelasan tentang hadis-hadis
shahih, bukan setiap darinya sama dalam keshahihan melainkan sebagiannya
lebih unggul dari sebagian yang lain.
|
||
22.
Kitab-kitab Shahih yang bukan
termasuk Shahih yang enam.
|
||
23.
Kitab-kitab hadis berdasarkan
madzhab Imam yang empat. Mereka adalah shahib al-madzhab yang diikuti
disertai biografinya.
|
||
24.
Kitab-kitab hadis yang dikarang
oleh para imam madzhab Hanafi disertai biografinya. (jumlahnya sedikit)
|
||
25.
Ilmu Asma’ al-Rijal
|
||
26.
Ulama-ulama Jarh wa Ta’dil dan
Asma’ al-Rijal
|
||
27.
Ilmu Ushul al-hadis
|
||
28.
Kitab-kitab Gharib al-Hadis
|
||
29.
Kitab-kitab syarah hadis yang
masyhur
|
||
30.
Kitab-kitab hadis yang disusun
berdasarkan hukum-hukum
|
||
31.
Penjelasan mukhtasharat fi
al-hadis
|
||
32.
Kitab-kitab yang dikarang tentang
takhrij hadis
|
||
33.
Kitab-kitab hadis yang disusun
secara tematik
|
||
34.
Kitab-kitab yang disusun
berdasarkan hadis nasikh & mansukh
|
||
35.
Kitab-kitab yang disusun
berdasarkan talfiq dan taufiq
|
||
36.
Kitab-kitab yang disusun
berdasarkan nasab ahlul hadis dan rijal
|
||
37.
Kitab-kitab yang disusun
berdasarkan wafatnya muhaddisin
|
||
38.
Kitab-kitab yang disusun
berdasarkan nama-nama shahabat
|
||
39.
Kitab-kitab yang membahas
mukhtalif, mu’talif, muttafiq, muftariq, musytabih nama-nama, laqab, nasab
dan lain-lainnya
|
||
40.
Kaidah-kaidah yang digunakan
madzhab hanafi dan selainnya untuk menolak hadis-hadis shahih
|
||
41.
Kitab-kitab hadis qalmiyah
dan penjelasan kemungkinan adanya.
|
||
2.
|
Hal-hal khusus yang berkaitan dengan Imam Tirmidzi dan Kitab
Jami’ -nya
|
1.
Biografi Imam Tirmidzi
|
2.
Keutamaan Jami’ al-Tirmidzi
|
||
3.
Tentang rawi-rawi dalam Jami’
al-Tirmidzi
|
||
4.
Pembahasan mengenai syarat-syarat
yang ditempuh al-Tirmidzi dalam kitab Jami’-nya
|
||
5.
Pembahasan mengenai kedudukan
Jami’ al-Tirmidzi, apakah setelah shahihain atau sunan Abu Daud atau sunan
al-Nasa’i
|
||
6.
Pembahasan mengenai tidak adanya
hadis maudhu’ dalam Jami’ al-Tirmidzi
|
||
7.
Penjelasan mengenai semua hadis
dalam Jami’ al-Tirmidzi semuanya dapat diamalkan atau sebagiannya tidak dapat
diamalkan
|
||
8.
Tentang penamaan Kitab Tirmidzi
ini
|
||
9.
Mengenai Kitab Syarah Jami’
al-Tirmidzi disertai biografi penulisnya
|
||
10.
Sistematika yang digunakan
al-Tirmidzi dalam Jami’-nya
|
||
11.
Penjelasan mengenai lafadz-lafadz
yang digunakan al-Tirmidzi dalam Jami’-nya terkait keshahihan, ke-dha’ifan
hadis, jarh, ta’dil dan lain-lain
|
||
12.
Biografi Fuqaha’, ahli hadis yang
disebutkan al-Tirmidzi
|
||
13.
Biografi Ulama Tafsir yang
disebutkan dalam Jami’ al-Tirmidzi
|
||
14.
Biografi sebagian ulama bahasa
yang masyhur dalam Jami’ al-Tirmidzi
|
||
15.
Lokasi pengulangan hadis dan
bab-bab dalam Jami’ al-Tirmidzi
|
||
16.
Nama-nama rawi dalam Jami’
al-Tirmidzi berdasarkan urutan huruf hijaiyah
|
||
17.
Lafadz-lafadz yang digunakan
dalam syarah ataupun muqaddimah
|
Sistematika yang digunakan oleh Imam Muhammad
‘Abdurrahman al-Mubarakfury dalam syarahnya yakni Tuhfatul Ahwadzi ialah
berdasarkan bab-bab fiqih sebagaimana sistematika yang digunakan dalam kitab Jami’
al-Tirmidzi. Dalam artian sesuai dengan susunan hadis-hadis yang tertera dalam
Sunan Tirmidzi. Dimulai dari Kitab al-Thaharah dan diakhiri dengan kitab
al-‘Ilall[9].
Apabila ada bab yang tidak memiliki judul (kosong) dalam Sunan Tirmidzi, maka dalam
Kitab Tuhfatul Ahwadzi melakukan hal sama.[10]
Berikut pemaparan mengenai hal-hal yang
dilakukan Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury dalam pensyarahan kitab
hadis Jami’ al-Tirmidzi:
1.
Menjelaskan nama-nama periwayat
beserta kualitasnya dalam tiap hadis
Misalnya Imam Muhammad Abdurrahman al-Imam
Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury menjelaskan nama seorang rawi yang meskipun
rawi tersebut sudah tsiqah. Selain itu, Imam Muhammad Abdurrahman
al-Mubarakfury memaparkan cara membaca nama perawi yang benar. Misalnya ketika
menjelaskan rawi-rawi dalam hadis dalam bab Tidak mengeraskan (bacaan)
bismillahirrahmanir rahim.
( حَدَّثَنَا سَعِيدٌ
الْجُرَيْرِيُّ )
بِضَمِّ
الْجِيمِ مُصَغَّرًا هُوَ سَعِيدُ بْنُ إِيَاسٍ أَبُو مَسْعُودٍ الْبَصْرِيُّ
ثِقَةٌ اِخْتَلَطَ قَبْلَ مَوْتِهِ[11]
2.
Memaparkan berbagai pendapat Ulama
ketika menjelaskan hadis-hadis yang diperselisihkan
( بَابُ مَا جَاءَ تَرْكُ الْجَهْرِ بِبِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ )
اِعْلَمْ أَنَّ فِي قِرَاءَةِ الْبَسْمَلَةِ فِي
الصَّلَاةِ ثَلَاثَةَ أَقْوَالٍ أَحَدُهَا أَنَّهَا وَاجِبَةٌ وُجُوبَ
الْفَاتِحَةِ كَمَذْهَبِ الشَّافِعِيِّ وَإِحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْ أَحْمَدَ
وَطَائِفَةٍ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيثِ بِنَاءً عَلَى أَنَّهَا مِنْ الْفَاتِحَةِ
وَالثَّانِي أَنَّهَا مَكْرُوهَةٌ سِرًّا وَجَهْرًا وَهُوَ الْمَشْهُورُ عَنْ
مَالِكٍ وَالثَّالِثُ أَنَّهَا جَائِزَةٌ بَلْ مُسْتَحَبَّةٌ وَهُوَ مَذْهَبُ
أَبِي حَنِيفَةَ وَالْمَشْهُورُ عَنْ أَحْمَدَ وَأَكْثَرِ أَهْلِ الْحَدِيثِ ثُمَّ
مَعَ قِرَاءَتِهَا هَلْ يُسَنُّ الْجَهْرُ بِهَا أَوْ لَا ، فِيهِ ثَلَاثَةُ
أَقْوَالٍ : أَحَدُهَا يُسَنُّ الْجَهْرُ وَبِهِ قَالَ الشَّافِعِيُّ وَمَنْ
وَافَقَهُ وَالثَّانِي لَا يُسَنُّ الْجَهْرُ وَبِهِ قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ
وَجُمْهُورُ أَهْلِ الْحَدِيثِ وَالرَّأْيِ وَفُقَهَاءُ الْأَمْصَارِ وَجَمَاعَةٌ
مِنْ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ وَقِيلَ مُخَيَّرٌ بَيْنَهُمَا وَهُوَ قَوْلُ
إِسْحَاقَ بْنِ رَاهْوَيْهِ وَابْنِ حَزْمٍ كَذَا فِي نَصْبِ الرَّايَةِ[12]
3.
Memberikan persetujuan terhadap
pendapat tertentu setelah membandingkan berbagai pendapat Ulama
قُلْت : قَدْ ثَبَتَ
قِرَاءَةُ الْبَسْمَلَةِ فِي الصَّلَاةِ بِأَحَادِيثَ صَحِيحَةٍ وَهِيَ حُجَّةٌ
عَلَى الْإِمَامِ مَالِكٍ وَالْإِسْرَارُ بِهَا عِنْدِي أَحَبُّ مِنْ الْجَهْرِ
بِهَا وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ[13]
4.
Mensyarah perkataan Imam Tirmidzi
Hal
ini terlihat ketika menjelaskan perkataan Imam Tirmidzi dengan pendapat
pensyarah maupun menunjukkannya dengan dalil-dalil. Berikut contoh syarah yang
menggunakan hadis-hadis sebagai penguat perkataan Imam Tirmidzi.
قَوْلُهُ : ( اِخْتَارُوا تَعْجِيلَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ )
لِحَدِيثِ
الْبَابِ وَلِحَدِيثِ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ . كُنَّا نُصَلِّي الْمَغْرِبَ مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَنْصَرِفُ أَحَدُنَا وَإِنَّهُ
لَيُبْصِرُ مَوَاقِعَ نَبْلِهِ ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَلِحَدِيثِ عُقْبَةَ
اِبْنِ عَامِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا
تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ أَوْ عَلَى الْفِطْرَةِ مَا لَمْ يُؤَخِّرُوا
الْمَغْرِبَ حَتَّى تَشْتَبِكَ النُّجُومُ ، رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ[14]
5.
Mensyarah kualitas hadis yang
dipaparkan Imam Tirmidzi
Imam Muhammad Abdurrahman
al-Mubarakfury tidak hanya mensyarah hadis yang terdapat dalam Jami’
al-Tirmidzi melainkan kualitas hadis yang diungkapkan Imam Tirmidzi. Yakni
dengan men-takhrij hadisnya dalam kitab-kitab hadis lainnya.
قَوْلُهُ
: ( حَدِيثُ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ )
أَخْرَجَهُ الْجَمَاعَةُ إِلَّا النَّسَائِيَّ[15]
6.
Mensyarah matan hadis secara umum
Imam Muhammad Abdurrahman
al-Mubarakfury (secara tidak langsung) menggunakan metode ini ketika tidak
ditemukan syarah (dari kitab-kitab sebelumnya) terhadap matan hadis yang
disyarah olehnya. Contoh ketika mensyarah hadis berikut:
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ
أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ
وَالشَّرَفِ لِدِينِه
قَوْلُهُ
: ( مَا )
نَافِيَةٌ
(
جَائِعَانِ )
أَيْ
بِهِ لِلْمُبَالَغَةِ
(
أُرْسِلَا )
أَيْ
خُلِّيَا وَتُرِكَا
( فِي
غَنَمٍ )
أَيْ
قَطِيعَةِ غَنَمٍ[16]
Metode yang
diaplikasikan oleh Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury dalam syarahnya jika dimasukan ke dalam teori
yang ada tentang metode penyusunan syarah hadis maka dapat dikatakan sebagai
metode muqarran dan ijmali. Menggunakan metode muqarran pada Tuhfatul Ahwadzi,
terlihat ketika pensyarah memaparkan berbagai macam pendapat ulama-ulama
terkait hadis yang diperselisihkan pemahamannya. Kemudian memberikan sedikit
pendapat dari perbandingan yang dipaparkan atau menyepakati salah satu
pendapat. Ketika mensyarah hadis yang populer[17], yakni
banyak syarah terhadap matan hadis tersebut, maka Imam Muhammad Abdurrahman
al-Mubarakfury mengutip syarah matan hadis tersebut dari berbagai kitab syarah
hadis.
Namun ketika
suatu matan hadis belum ada syarah sebelumnya serta hanya ditakhrij oleh
mukharrij yang kurang populer (sebut saja Imam al-Darimi), Imam Muhammad
Abdurrahman al-Mubarakfury terlihat menggunakan metode syarah ijmali, yakni
menjelaskan matan hadis secara umum atau global. Sejauh pengamatan pemakalah
pensyarah Tuhfatul Ahwadzi tidak terlihat menggunakan metode syarah tahlili.
Metode macam ini tidak ditemukan dalam pensyarahannya.
D.
Rujukan
Penulisan
Sebuah karya
tulis tidak akan lepas dari sumber-sumber yang digunakan sebagai referensi.
Begitu juga dalam penyusunan syarah hadis, Imam Muhammad Abdurrahman
al-Mubarakfury seorang ulama India yang hidup pada zaman modern tepatnya antara
tahun 1283 – 1353 H yang kala itu sumber tulisan sudah menggantikan sumber
lisan, tidak lepas dari penggunaan referensi atau rujukan dalam penulisan kitab
syarah hadis. Sebagaimana telah dipaparkan secara eksplisit oleh Imam Muhammad
Abdurrahman al-Mubarakfury dalam muqaddimahnya, berikut kitab rujukan yang
digunakan:
-
Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari
karya Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany
-
Taqrib al-Tahdzib karya Hafidz Ibnu
Hajar al-Asqalany
-
Khulasah Tahdzib al-Tahdzib karya
Hafidz Shafiyuddin bin Ahmad bin Abdillah al-Khuzraji
-
Umdatul Qari’ Syarah shahih Bukhari
karya Badruddin Mahmud bin Ahmad al-‘Aini al-Hanafi
-
Murqatul Mafatih Syarh Misykatul
Mashabih karya Ali bin Sulthan Muhammad al-Harawi al-Qari
-
Mujma’ bi haril anwar karya
Muhammad Thahir bin Ali al-Hindi
-
Al-Nihayah fi Gharib al-hadis wa
al-atsar wa jami’ul ushul fi ahadist al-Rasul karya al-Jazari
-
Al-Mughni fi Dhabti asma’ al-Ruwah
karya Muhammad Thahir
-
Kasyfu al-Dzunun karya Malakatib
jalbi
-
Tadzkirah al-huffadz karya
al-Dzahabi
-
Tadrib al-rawi fi Syarah Taqrib
al-Nawawi karya Jalaluddin al-Suyuthi[18]
E.
Kelebihan dan
Kekurangan
Segala
sesuatu memiliki kelebihan maupun kekurangan, begitu pula kitab syarah Tuhfatul
Ahwadzi karya Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury ini. Adapun kelebihan
yang dimiliki oleh kitab syarah ini antara lain;
1.
Memiliki muqaddimah yang tidak
biasa. Ini dibuktikan dengan ditulisnya muqaddimah Tuhfatul Ahwadzi yang
memiliki ratusan halaman. Pada bagian awal berisi mengenai Ilmu hadis,
kitab-kitab hadis, dan Ahlul hadis secara umum, dilanjutkan pada bagian dua
yang isinya secara khusus membahas yang berkaitan dengan Imam Tirmidzi dan
Kitab Jami’ –nya. Hanya dengan membaca muqaddimahnya saja, sudah mewakili
wawasan tentang ulumul hadis secara singkat.
2.
Ditampilkannya perbandingan
pendapat-pendapat ulama mengenai pemahaman suatu hadis, akan “mendewasakan”
para pembaca.
3.
Kutipan yang disertai dengan sumber
rujukan, akan memudahkan para pembaca untuk merujuk pada referensi yang
digunakan.
4.
Banyaknya kitab rujukan yang
digunakan dalam pensyarahan sehingga menunjukkan bahwa kitab ini bukanlah kitab
legitimasi golongan ataupun kelompok tertentu.
Kekurangan :
1.
Kitab syarah ini kurang cocok bila
dikaji oleh orang tingkat pemula, sebab banyaknya pendapat yang ditampilkan
sehingga membuat bingung pembaca untuk menentukan pendapat yang akan
dipilihnya.
2.
Kadang-kadang menggunakan metode
ijmali, sehingga pemahaman terhadap hadis tertentu kurang maksimal.
3.
Tidak selalu mentarjih dari sekian
perbedaan pendapat ulama yang dikemukakan.
4.
Minimnya pendapat pensyarah yang
dikemukakan, lebih banyak menukil pendapat dari ulama-ulama hadis sebelumnya
Daftar Pustaka
Abdurrahman,
Abu al-‘Ula Muhammad, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi. Beirut:
Dar al-Fikr. 1987.
Maktabah
al-Syamilah
Ibnu Isa, Abi Isa Muhammad, Sunan Al-Tirmidzi wa
huwa al-Jami’ al-Shahih, Beirut: Dar al-Fikr. 1980.
[1]
Abu al-‘Ula
Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq
Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 189.
[2] Abu al-‘Ula
Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq
Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 190.
[3] Abu al-‘Ula
Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq
Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 198-199.
[4] Abu al-‘Ula
Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq
Shidqi Muhammad Jamil al-‘Atthar (Dar al-Fikr, 1995), hlm. 479-483.
[5] Abu al-‘Ula
Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq
Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 190-191.
[6] Abu al-‘Ula
Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq
Shidqi Muhammad Jamil al-‘Atthar (Dar al-Fikr, 1995), hlm. 483.
[7] Abu al-‘Ula
Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq
Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 215.
[8]
Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Muqaddimah Tuhfatul
ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, tahqiq: Shidqy Muhammad Jamil al-‘Atthar
(Beirut, Darul Fikr, 1995)
[9] Imam Tirmidzi memiliki dua kitab yang membahas tentang ‘illal,
yakni al-Kabir dan al-Shagir. Sedangkan kitab ‘Illal yang disyarah oleh Imam
Muhammad ‘Abdurrahman al-Mubarakfury adalah kitab ‘illal al-Shagir. Beliau
lampirkan syarahnya tersebut dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi pada bagian
belakang sebelum lampiran yang disuguhkan oleh muhaqqiq yang berjudul al-Syamaail
al-Muhammadiyyah wa al-Khashailul al-Mushthafawayyah karya Imam Tirmidzi.
Beliau jadikan kitab ini sebagai penutup syarah, sebagaimana Imam Tirmidzi menjadikannya
penutup dalam kitab Jami’ al-Tirmidzi. Syarah atas kitab al-‘Illal ini dinamai Syifa’ul
Gholil fi Syarh Kitab al-‘Illal (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, hlm.411, jld.10)
[10]
Bandingkan Jami’ al-Tirmidzi dengan Tuhfatul Ahwadzi terbitan Dar al-Fikr.
[11]
Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh
Jami’ al-Tirmidzi, hlm.277, juz 1.
[12]
Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh
Jami’ al-Tirmidzi, hlm.277, juz 1.
[13]
Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh
Jami’ al-Tirmidzi, hlm.277, juz 1.
[14]
Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh
Jami’ al-Tirmidzi, hlm.192, juz 1.
[15]
Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh
Jami’ al-Tirmidzi, hlm.192, juz 1.
[16]
Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh
Jami’ al-Tirmidzi, hlm.162, juz 6
[17]
Maksud hadis yang populer disini ialah hadis yang banyak diriwayatkan oleh
mukharrij. Selain itu, hadis tersebut telah banyak disyarah oleh ulama-ulama
terdahulu (ulama yang hidupnya sebelum Imam Muhammad Abdurrahman al-Imam
Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury).
[18]
Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Muqaddimah Tuhfatul
ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, hlm.457-459.
Assalamualaikum
BalasHapus