Pages - Menu

Laman

Pages

Kamis, 05 Juni 2014

TUHFAH AL-AHWADZI SYARH JAMI’ AL-TIRMIDZI KARYA ABU AL-‘ULA MUHAMMAD ABDURRAHMAN


A.      Pendahuluan
Sunan Al-Tirmidzi merupakan salah satu kitab induk hadits dari beberapa kitab hadits lainnya. kitab hadits ini disusun berdasarkan bab-bab tentang fiqih. Dalam kitab ini tidak terdapat pembahasan tentang aqidah, siroh, manaqib dan lainnya, hanya terbatas pada masalah fiqh dan hadits-hadits hukum saja agar digunakan oleh para fuqaha dalam mengambil kesimpulan hukum. Sunan Al-Tirmidzi, ditulis oleh Imam Muhammad bin ‘Isa Al-Tirmidzi rahimahullah. salah satu kitab yang mensyarahi Sunan Al-Tirmidzi adalah Tuhfah Al-Ahwadzi karya Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman.
Adapun kitab lain yang mensyarah Sunan al-Tirmidzi adalah Aridhah al-Ahwadzi fi Syarah Sunan Al-Tirmidzi, karya Al Imam Al-Hafidz Abu Bakar Muhammad bin Abdillah Al-Isybili, Qutul Mughtazi Ala Jami’ Al-Tirmidzi karya Al-Imam Al-Hafidz Jalaluddin Al-Suyuti. Akan tetapi pada makalah ini kami akan membahas sedikit tentang syarah dari sunan al-Tirmidzi yang lain yaitu Tuhfah al-Ahwadzi karya Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman.


B.       Setting Historis – Biografis Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman
Nama lengkap beliau adalah Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri, lahir 1283 H di desa di desa Mubarokfur. Dibesarkan di kampung halamannya atas asuhan ayahnya dan dididik dalam aturan Islam dan sibuk membaca pada masa kecilnya, sehingga beliau khatam al-Qur’an,  beliau menghitung dan menulis  dalam bahasa Urdu dan Persia.[1]
Dan kemudian melanjutkan perjalanan dan berkeliling negeri, untuk memperdalam ilmu. Beliau mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab diantaranya yaitu shorf, nahwu, fiqih, ushul fiqh, mantiq kepada Syeikh Hisyamuddin al-Ma’wi, Faidhullah al-Ma’wi, Salamatullah al-Jirajfuri.[2]
Di antara murid-muridnya adalah Abdul Salam al-Mubarokfuri, Ubaidullah al-Rahmani, Muhammad bin Abdul Qadir al-Hilali, Abdullah Al-Najdi Quwai'i, Ruqayyah binti Khalil bin Muhammad bin Husain bin Muhsin al-Anshori, Abdul-Jabbar, Muhammad Ishaq al-Arowi, Muhammad Basyir al-Mubarakfuri, ‘Abd al-Razzaq al-Shadiqfuri, Muhammad Isma’il al-Mubarakfuri, Ahmad al-Amlawi, dan lain-lain.[3]
Di antara karya-karyanya adalah Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi, Muqoddimah Tuhfah al-Ahwadzi, Abkar al-Manan Fi tanqidi Atsar al-Sunan, Tahqiq al-Kalam Fi Wujub al-Qira’ah Kholfa al-Imam, Khoir al-Ma’un fi Man’i al-Firar min al-Tha’un, al-Maqolah al-Husna fi Sunniyah al-Mushofahah bi al-Yadi al-Yumna, Kitab al-Janaiz, Nur al-Abshor, Dhiya’ al-Abshor, Tanwir al-Abshor bita’yidi Nur al-Ibshor, al-Qaul al-Sadid fi ma Yata’allaqu bi takbirat al-‘Idi.[4]
Syeikh-syeikh besarnya dalam ilmu akal (Teologi, dll) dan dalam ilmu naql (hadits, tafsir, sirah, dll) antara lain: Syeikh Abdullah al-Ma’wi, al-Ghazifuri, al-Dahlawi, Abu Hanifah, Jurjani, Ibnu Adham, Ibnu Hanbal, Nadzir Husein al-Bahari, al-Dahawi, dan lain-lain.[5]
Abu al-Fadl Abd al-Sami’ al-Mubarakfuri berkata bahwa Abu al-‘Ula itu adalah syeikh yang memiliki akhlak yang mulia, seorang imam yang zuhud, ketika ditawari harta yang banyak beliau menolaknya dengan lemah lembut, karena ke-zuhudannya beliau bisa berdakwah dari Madrasah Rahmaniyah Delhi, dia juga seorang imam yang wara’, imam dalam sunnah, dia adalah orang yang sangat tawadu’, ulama-ulama dan murid-murid mencintainya.[6]
Di akhir hayatnya Abu al-‘Ula menderita sakit, kemudian Allah SWT memanggilnya pada saat itu di sepertiga akhir malam tahun 16 syawwal 1353 H.[7]
C.      Metode dan Sistematika Penulisan Kitab Tuhfatul Ahwadzi bi al-Syarh Jami’ al-Tirmidzi
Kitab Tuhfatul Ahwadzi terbitan Dar al-Fikr yang ditahqiq oleh Shidqy Muhammad Jamil al-‘Atthar terdiri dari 11 jilid. Muqaddimah kitab ini tersusun dalam satu jilid kitab tersendiri. Hal ini berbeda dengan muqaddimah-muqaddimah kitab biasanya yang terdiri dari beberapa lembar saja. Di dalamnya bukan seperti berisikan latar belakang penulisan, metode yang digunakan dalam penulisan, melainkan mengenai keilmuan hadis secara umum dan tentang Imam Tirmidzi beserta Kitab Jami’-nya. Maka tidak mengherankan bila muqaddimahnya sendiri terdiri dari ratusan lembar. Mengingat bahwa penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi sendiri adalah orang yang hidup pada zaman modern, sehingga telah dapat menyajikan sejarah keilmuan hadis.
Untuk memudahkan dalam menguraikan isi muqaddimah dari Kitab Tuhfatul Ahwadzi, pemakalah menuliskannya dalam bentuk tabel, seperti berikut[8]:
No.
Bab
Subbab
1.       
Mengenai Ilmu hadis, kitab-kitab hadis, dan Ahlul hadis secara umum.
1.      Batasan, objek dan tujuan ilmu hadis.
2.      Keutamaan ilmu hadis dan ahlinya.
3.      Hal yang berkaitan dengan kodifikasi hadis.
4.      Berkaitan dengan penulisan kitab hadis.
5.      Penetapan kehujjahan hadis-hadis nabawiyah
6.      Pembawa ilmu (ulama) Islam kebanyakan orang non-Arab
7.      Tersebarnya Ilmu hadis di Hindi
8.      Orang-orang dengan karangan-karangan yang mereka himpun untuk berbagai tujuan
9.      Penjelasan tentang thabaqat kitab-kitab hadis
10.  Macam-macam kitab yang dikarang dalam ilmu hadis
11.  Penyebutan kitab-kitab Jawami’
12.  Penyebutan banyaknya kitab-kitab Sunan
13.  Penyebutan banyaknya kitab-kitab musnad
14.  Penyebutan kitab-kitab Takhrij dan Mustadrak
15.  Penjelasan hadis Musalsal
16.  Tentang kitab-kitab Mu’jam
17.  Kitab-kitab Amali
18.  Penyebutan kitab-kitab hadis yang dikarang berdasarkan abwab khusus/ juz-juz.
19.  Penyebutan kitab-kitab yang dikarang dengan jumlah 40 hadis/ hadis arba’in
20.  Tentang kitab yang Enam yang disebut sebagai shahih yang enam.
21.  Penjelasan tentang hadis-hadis shahih, bukan setiap darinya sama dalam keshahihan melainkan sebagiannya lebih unggul dari sebagian yang lain. 
22.  Kitab-kitab Shahih yang bukan termasuk Shahih yang enam.
23.  Kitab-kitab hadis berdasarkan madzhab Imam yang empat. Mereka adalah shahib al-madzhab yang diikuti disertai biografinya.
24.  Kitab-kitab hadis yang dikarang oleh para imam madzhab Hanafi disertai biografinya. (jumlahnya sedikit)
25.  Ilmu Asma’ al-Rijal
26.  Ulama-ulama Jarh wa Ta’dil dan Asma’ al-Rijal
27.  Ilmu Ushul al-hadis
28.  Kitab-kitab Gharib al-Hadis
29.  Kitab-kitab syarah hadis yang masyhur
30.  Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan hukum-hukum
31.  Penjelasan mukhtasharat fi al-hadis
32.  Kitab-kitab yang dikarang tentang takhrij hadis
33.  Kitab-kitab hadis yang disusun secara tematik
34.  Kitab-kitab yang disusun berdasarkan hadis nasikh & mansukh
35.  Kitab-kitab yang disusun berdasarkan talfiq dan taufiq
36.  Kitab-kitab yang disusun berdasarkan nasab ahlul hadis dan rijal
37.  Kitab-kitab yang disusun berdasarkan wafatnya muhaddisin
38.  Kitab-kitab yang disusun berdasarkan nama-nama shahabat
39.  Kitab-kitab yang membahas mukhtalif, mu’talif, muttafiq, muftariq, musytabih nama-nama, laqab, nasab dan lain-lainnya
40.  Kaidah-kaidah yang digunakan madzhab hanafi dan selainnya untuk menolak hadis-hadis shahih
41.  Kitab-kitab hadis qalmiyah dan penjelasan kemungkinan adanya.
2.       
Hal-hal khusus yang berkaitan dengan Imam Tirmidzi dan Kitab Jami’ -nya
1.      Biografi Imam Tirmidzi
2.      Keutamaan Jami’ al-Tirmidzi
3.      Tentang rawi-rawi dalam Jami’ al-Tirmidzi
4.      Pembahasan mengenai syarat-syarat yang ditempuh al-Tirmidzi dalam kitab Jami’-nya
5.      Pembahasan mengenai kedudukan Jami’ al-Tirmidzi, apakah setelah shahihain atau sunan Abu Daud atau sunan al-Nasa’i
6.      Pembahasan mengenai tidak adanya hadis maudhu’ dalam Jami’ al-Tirmidzi
7.      Penjelasan mengenai semua hadis dalam Jami’ al-Tirmidzi semuanya dapat diamalkan atau sebagiannya tidak dapat diamalkan
8.      Tentang penamaan Kitab Tirmidzi ini
9.      Mengenai Kitab Syarah Jami’ al-Tirmidzi disertai biografi penulisnya
10.  Sistematika yang digunakan al-Tirmidzi dalam Jami’-nya
11.  Penjelasan mengenai lafadz-lafadz yang digunakan al-Tirmidzi dalam Jami’-nya terkait keshahihan, ke-dha’ifan hadis, jarh, ta’dil dan lain-lain
12.  Biografi Fuqaha’, ahli hadis yang disebutkan al-Tirmidzi
13.  Biografi Ulama Tafsir yang disebutkan dalam Jami’ al-Tirmidzi
14.  Biografi sebagian ulama bahasa yang masyhur dalam Jami’ al-Tirmidzi
15.  Lokasi pengulangan hadis dan bab-bab dalam Jami’ al-Tirmidzi
16.  Nama-nama rawi dalam Jami’ al-Tirmidzi berdasarkan urutan huruf hijaiyah
17.  Lafadz-lafadz yang digunakan dalam syarah ataupun muqaddimah

Sistematika yang digunakan oleh Imam Muhammad ‘Abdurrahman al-Mubarakfury dalam syarahnya yakni Tuhfatul Ahwadzi ialah berdasarkan bab-bab fiqih sebagaimana sistematika yang digunakan dalam kitab Jami’ al-Tirmidzi. Dalam artian sesuai dengan susunan hadis-hadis yang tertera dalam Sunan Tirmidzi. Dimulai dari Kitab al-Thaharah dan diakhiri dengan kitab al-‘Ilall[9]. Apabila ada bab yang tidak memiliki judul (kosong) dalam Sunan Tirmidzi, maka dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi melakukan hal sama.[10]     
Berikut pemaparan mengenai hal-hal yang dilakukan Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury dalam pensyarahan kitab hadis Jami’ al-Tirmidzi:

1.      Menjelaskan nama-nama periwayat beserta kualitasnya dalam tiap hadis
Misalnya Imam Muhammad Abdurrahman al-Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury menjelaskan nama seorang rawi yang meskipun rawi tersebut sudah tsiqah. Selain itu, Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury memaparkan cara membaca nama perawi yang benar. Misalnya ketika menjelaskan rawi-rawi dalam hadis dalam bab Tidak mengeraskan (bacaan) bismillahirrahmanir rahim.
( حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْجُرَيْرِيُّ )
بِضَمِّ الْجِيمِ مُصَغَّرًا هُوَ سَعِيدُ بْنُ إِيَاسٍ أَبُو مَسْعُودٍ الْبَصْرِيُّ ثِقَةٌ اِخْتَلَطَ قَبْلَ مَوْتِهِ[11]
                       

2.      Memaparkan berbagai pendapat Ulama ketika menjelaskan hadis-hadis yang diperselisihkan
( بَابُ مَا جَاءَ تَرْكُ الْجَهْرِ بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ )
اِعْلَمْ أَنَّ فِي قِرَاءَةِ الْبَسْمَلَةِ فِي الصَّلَاةِ ثَلَاثَةَ أَقْوَالٍ أَحَدُهَا أَنَّهَا وَاجِبَةٌ وُجُوبَ الْفَاتِحَةِ كَمَذْهَبِ الشَّافِعِيِّ وَإِحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْ أَحْمَدَ وَطَائِفَةٍ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيثِ بِنَاءً عَلَى أَنَّهَا مِنْ الْفَاتِحَةِ وَالثَّانِي أَنَّهَا مَكْرُوهَةٌ سِرًّا وَجَهْرًا وَهُوَ الْمَشْهُورُ عَنْ مَالِكٍ وَالثَّالِثُ أَنَّهَا جَائِزَةٌ بَلْ مُسْتَحَبَّةٌ وَهُوَ مَذْهَبُ أَبِي حَنِيفَةَ وَالْمَشْهُورُ عَنْ أَحْمَدَ وَأَكْثَرِ أَهْلِ الْحَدِيثِ ثُمَّ مَعَ قِرَاءَتِهَا هَلْ يُسَنُّ الْجَهْرُ بِهَا أَوْ لَا ، فِيهِ ثَلَاثَةُ أَقْوَالٍ : أَحَدُهَا يُسَنُّ الْجَهْرُ وَبِهِ قَالَ الشَّافِعِيُّ وَمَنْ وَافَقَهُ وَالثَّانِي لَا يُسَنُّ الْجَهْرُ وَبِهِ قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ وَجُمْهُورُ أَهْلِ الْحَدِيثِ وَالرَّأْيِ وَفُقَهَاءُ الْأَمْصَارِ وَجَمَاعَةٌ مِنْ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ وَقِيلَ مُخَيَّرٌ بَيْنَهُمَا وَهُوَ قَوْلُ إِسْحَاقَ بْنِ رَاهْوَيْهِ وَابْنِ حَزْمٍ كَذَا فِي نَصْبِ الرَّايَةِ[12]


3.      Memberikan persetujuan terhadap pendapat tertentu setelah membandingkan berbagai pendapat Ulama
قُلْت : قَدْ ثَبَتَ قِرَاءَةُ الْبَسْمَلَةِ فِي الصَّلَاةِ بِأَحَادِيثَ صَحِيحَةٍ وَهِيَ حُجَّةٌ عَلَى الْإِمَامِ مَالِكٍ وَالْإِسْرَارُ بِهَا عِنْدِي أَحَبُّ مِنْ الْجَهْرِ بِهَا وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ[13]

4.   Mensyarah perkataan Imam Tirmidzi
        Hal ini terlihat ketika menjelaskan perkataan Imam Tirmidzi dengan pendapat pensyarah maupun menunjukkannya dengan dalil-dalil. Berikut contoh syarah yang menggunakan hadis-hadis sebagai penguat perkataan Imam Tirmidzi.

قَوْلُهُ : ( اِخْتَارُوا تَعْجِيلَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ )
لِحَدِيثِ الْبَابِ وَلِحَدِيثِ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ . كُنَّا نُصَلِّي الْمَغْرِبَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَنْصَرِفُ أَحَدُنَا وَإِنَّهُ لَيُبْصِرُ مَوَاقِعَ نَبْلِهِ ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَلِحَدِيثِ عُقْبَةَ اِبْنِ عَامِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ أَوْ عَلَى الْفِطْرَةِ مَا لَمْ يُؤَخِّرُوا الْمَغْرِبَ حَتَّى تَشْتَبِكَ النُّجُومُ ، رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ[14]

5.      Mensyarah kualitas hadis yang dipaparkan Imam Tirmidzi
          Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury tidak hanya mensyarah hadis yang terdapat dalam Jami’ al-Tirmidzi melainkan kualitas hadis yang diungkapkan Imam Tirmidzi. Yakni dengan men-takhrij hadisnya dalam kitab-kitab hadis lainnya.
قَوْلُهُ : ( حَدِيثُ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ )
أَخْرَجَهُ الْجَمَاعَةُ إِلَّا النَّسَائِيَّ[15]

6.      Mensyarah matan hadis secara umum
          Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury (secara tidak langsung) menggunakan metode ini ketika tidak ditemukan syarah (dari kitab-kitab sebelumnya) terhadap matan hadis yang disyarah olehnya. Contoh ketika mensyarah hadis berikut:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِه
قَوْلُهُ : ( مَا )
نَافِيَةٌ
( جَائِعَانِ )
أَيْ بِهِ لِلْمُبَالَغَةِ
( أُرْسِلَا )
أَيْ خُلِّيَا وَتُرِكَا
( فِي غَنَمٍ )
أَيْ قَطِيعَةِ غَنَمٍ[16]

Metode yang diaplikasikan oleh Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury  dalam syarahnya jika dimasukan ke dalam teori yang ada tentang metode penyusunan syarah hadis maka dapat dikatakan sebagai metode muqarran dan ijmali. Menggunakan metode muqarran pada Tuhfatul Ahwadzi, terlihat ketika pensyarah memaparkan berbagai macam pendapat ulama-ulama terkait hadis yang diperselisihkan pemahamannya. Kemudian memberikan sedikit pendapat dari perbandingan yang dipaparkan atau menyepakati salah satu pendapat. Ketika mensyarah hadis yang populer[17], yakni banyak syarah terhadap matan hadis tersebut, maka Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury mengutip syarah matan hadis tersebut dari berbagai kitab syarah hadis.
Namun ketika suatu matan hadis belum ada syarah sebelumnya serta hanya ditakhrij oleh mukharrij yang kurang populer (sebut saja Imam al-Darimi), Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury terlihat menggunakan metode syarah ijmali, yakni menjelaskan matan hadis secara umum atau global. Sejauh pengamatan pemakalah pensyarah Tuhfatul Ahwadzi tidak terlihat menggunakan metode syarah tahlili. Metode macam ini tidak ditemukan dalam pensyarahannya.   
D.    Rujukan Penulisan
Sebuah karya tulis tidak akan lepas dari sumber-sumber yang digunakan sebagai referensi. Begitu juga dalam penyusunan syarah hadis, Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury seorang ulama India yang hidup pada zaman modern tepatnya antara tahun 1283 – 1353 H yang kala itu sumber tulisan sudah menggantikan sumber lisan, tidak lepas dari penggunaan referensi atau rujukan dalam penulisan kitab syarah hadis. Sebagaimana telah dipaparkan secara eksplisit oleh Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury dalam muqaddimahnya, berikut kitab rujukan yang digunakan:
-          Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari karya Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany   
-          Taqrib al-Tahdzib karya Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany   
-          Khulasah Tahdzib al-Tahdzib karya Hafidz Shafiyuddin bin Ahmad bin Abdillah al-Khuzraji
-          Umdatul Qari’ Syarah shahih Bukhari karya Badruddin Mahmud bin Ahmad al-‘Aini al-Hanafi
-          Murqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih karya Ali bin Sulthan Muhammad al-Harawi al-Qari
-          Mujma’ bi haril anwar karya Muhammad Thahir bin Ali al-Hindi
-          Al-Nihayah fi Gharib al-hadis wa al-atsar wa jami’ul ushul fi ahadist al-Rasul karya al-Jazari
-          Al-Mughni fi Dhabti asma’ al-Ruwah karya Muhammad Thahir
-          Kasyfu al-Dzunun karya Malakatib jalbi
-          Tadzkirah al-huffadz karya al-Dzahabi
-          Tadrib al-rawi fi Syarah Taqrib al-Nawawi karya Jalaluddin al-Suyuthi[18] 

E.     Kelebihan dan Kekurangan
            Segala sesuatu memiliki kelebihan maupun kekurangan, begitu pula kitab syarah Tuhfatul Ahwadzi karya Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury ini. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh kitab syarah ini antara lain;
1.       Memiliki muqaddimah yang tidak biasa. Ini dibuktikan dengan ditulisnya muqaddimah Tuhfatul Ahwadzi yang memiliki ratusan halaman. Pada bagian awal berisi mengenai Ilmu hadis, kitab-kitab hadis, dan Ahlul hadis secara umum, dilanjutkan pada bagian dua yang isinya secara khusus membahas yang berkaitan dengan Imam Tirmidzi dan Kitab Jami’ –nya. Hanya dengan membaca muqaddimahnya saja, sudah mewakili wawasan tentang ulumul hadis secara singkat.
2.       Ditampilkannya perbandingan pendapat-pendapat ulama mengenai pemahaman suatu hadis, akan “mendewasakan” para pembaca.
3.       Kutipan yang disertai dengan sumber rujukan, akan memudahkan para pembaca untuk merujuk pada referensi yang digunakan.
4.       Banyaknya kitab rujukan yang digunakan dalam pensyarahan sehingga menunjukkan bahwa kitab ini bukanlah kitab legitimasi golongan ataupun kelompok tertentu. 
Kekurangan :
1.      Kitab syarah ini kurang cocok bila dikaji oleh orang tingkat pemula, sebab banyaknya pendapat yang ditampilkan sehingga membuat bingung pembaca untuk menentukan pendapat yang akan dipilihnya.
2.      Kadang-kadang menggunakan metode ijmali, sehingga pemahaman terhadap hadis tertentu kurang maksimal.
3.      Tidak selalu mentarjih dari sekian perbedaan pendapat ulama yang dikemukakan.
4.      Minimnya pendapat pensyarah yang dikemukakan, lebih banyak menukil pendapat dari ulama-ulama hadis sebelumnya

Daftar Pustaka
Abdurrahman, Abu al-‘Ula Muhammad, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi. Beirut: Dar al-Fikr. 1987.
Maktabah al-Syamilah
Ibnu Isa, Abi Isa Muhammad, Sunan Al-Tirmidzi wa huwa al-Jami’ al-Shahih, Beirut: Dar al-Fikr. 1980.


[1] Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 189.
[2] Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 190.
[3] Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 198-199.
[4] Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq Shidqi Muhammad Jamil al-‘Atthar (Dar al-Fikr, 1995), hlm. 479-483.  
[5] Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 190-191.
[6] Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq Shidqi Muhammad Jamil al-‘Atthar (Dar al-Fikr, 1995), hlm. 483.
[7] Abu al-‘Ula Muhammad Abdurrahman, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Muhaqqiq Abdurrahman Muhammad Utsman, Jilid 2 (Dar al-Fikr), hlm. 215.
[8] Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Muqaddimah Tuhfatul ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, tahqiq: Shidqy Muhammad Jamil al-‘Atthar (Beirut, Darul Fikr, 1995)
[9] Imam Tirmidzi memiliki dua kitab yang membahas tentang ‘illal, yakni al-Kabir dan al-Shagir. Sedangkan kitab ‘Illal yang disyarah oleh Imam Muhammad ‘Abdurrahman al-Mubarakfury adalah kitab ‘illal al-Shagir. Beliau lampirkan syarahnya tersebut dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi pada bagian belakang sebelum lampiran yang disuguhkan oleh muhaqqiq yang berjudul al-Syamaail al-Muhammadiyyah wa al-Khashailul al-Mushthafawayyah karya Imam Tirmidzi. Beliau jadikan kitab ini sebagai penutup syarah, sebagaimana Imam Tirmidzi menjadikannya penutup dalam kitab Jami’ al-Tirmidzi. Syarah atas kitab al-‘Illal ini dinamai Syifa’ul Gholil fi Syarh Kitab al-‘Illal (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, hlm.411, jld.10)
[10] Bandingkan Jami’ al-Tirmidzi dengan Tuhfatul Ahwadzi terbitan Dar al-Fikr.
[11] Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, hlm.277, juz 1.
[12] Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, hlm.277, juz 1.
[13] Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, hlm.277, juz 1.
[14] Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, hlm.192, juz 1.
[15] Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, hlm.192, juz 1.
[16] Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Tuhfatul ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, hlm.162, juz 6
[17] Maksud hadis yang populer disini ialah hadis yang banyak diriwayatkan oleh mukharrij. Selain itu, hadis tersebut telah banyak disyarah oleh ulama-ulama terdahulu (ulama yang hidupnya sebelum Imam Muhammad Abdurrahman al-Imam Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfury).
[18] Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfury, Muqaddimah Tuhfatul ahwadzi b Syarh Jami’ al-Tirmidzi, hlm.457-459.

1 komentar: